PASURUAN, KlikNews.co.id – Kepala Dinas (Kadis) Lingkugan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan meminta berita media ini dihapus terkait adanya tiga lokasi pabrik rokok milik PT. RMS, di Kabupaten Pasuruan digerebek dan disegel diduga Bea Cukai Pusat.

Sayangnya, hingga kini Selasa (20/5/25) Bea Cukai Kabupaten Pasuruan enggan memberikan klarifikasi terkait tindakan tersebut, termasuk penyegelan mesin produksi di pabrik yang beralamat di Jalan Dusun Bulu, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol.

Menurut keterangan sejumlah warga, penggerebekan ini bermula dari Dusun Grogolan, Desa Winong, namun tidak hanya satu lokasi yang menjadi target, melainkan tiga lokasi pabrik yang diduga disegel oleh Bea Cukai pusat.

“Benar, ada tiga gudang rokok yang digerebek. Setiap lokasi didatangi satu tim, jadi total ada tiga regu yang melakukan operasi secara bersamaan,” ujar warga setempat.

Salah satu karyawan yang enggan disebutkan namanya juga membenarkan, bahwa tim yang melakukan penggerebekan bukan berasal dari Bea Cukai Pasuruan, melainkan dari pusat. Ia menyebut pengiriman rokok ke luar pulau seperti Palembang belakangan ini tersendat. Ia juga menduga ada persoalan “setoran” yang tidak terpenuhi sehingga memicu tindakan ini. Akibat penggerebekan, sejumlah karyawan diliburkan.

Anehnya, saat dikonfirmasi hingga tiga kali, Humas Bea Cukai Pasuruan, Hardijanto, memilih bungkam. Padahal kepada media lain ia sempat memberikan komentar. Sikap bungkam juga ditunjukkan oleh Kepala Bea Cukai Pasuruan, Hatta, yang terkesan menghindari wawancara ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pasuruan, Taufiqul Ghoni, justru meminta agar berita mengenai penyegelan itu ditarik. “Tarik saja berita itu atau dihapus. Soal karyawan diliburkan itu hal biasa, bisa jadi karena pergantian shift. Tidak semua karyawan diliburkan,” ujarnya melalui sambungan telepon sambil menyebut dirinya sedang menghadiri pengajian Gus Iqdam di Blitar.

Menariknya, dalam sambungan telepon yang sama menggunakan ponsel milik Ghoni, Direktur PT. RMS, H. Rokhmawan, akhirnya buka suara. Ia mengklaim bahwa liburnya karyawan hanyalah bagian dari perawatan mesin. “Kondisi memang sedang sepi, jadi sekalian kami lakukan maintenan mesin. Dan tidak ada penyegelan,” ucapnya.

Namun, sejumlah warga dan karyawan menilai pernyataan itu hanya tameng. “Ya wajar kalau mereka bilang begitu. Namanya juga klarifikasi, mana mungkin mereka bicara terus terang,” ujar warga yang enggan disebutkan namanya.

Kasus ini pun menimbulkan pertanyaan besar di tengah masyarakat, benarkah hanya perawatan mesin, atau ada operasi besar yang tengah ditutup-tutupi?

(mal/red)