Pasuruan, KlikNews.co.id – Sebuah mobil ambulan milik Pemerintah Desa Pejangkungan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, ditemukan terparkir di area Hotel Adam, Bangil. Keberadaan kendaraan dinas berpelat merah tersebut di lokasi yang tidak semestinya dan memicu pertanyaan publik mengenai potensi penyalahgunaan aset milik desa.
Menurut keterangan warga yang berada di lokasi, ambulan tersebut tiba di Hotel Adam sekitar pukul 17.30 WIB, membawa dua orang penumpang, yaitu, seorang pria dan seorang wanita yang tidak mengenakan seragam dinas.
“Benar, itu ambulan milik Desa Pejangkungan. Yang turun hanya dua orang, laki-laki dan perempuan, tanpa pakaian dinas. Perempuan itu memakai pakaian biasa dan kerudung,” ujar salah satu saksi mata yang enggan disebutkan namanya, Selasa (22/04/2025) malam.
Kehadiran ambulan tersebut dengan dua penumpang non-medis di lingkungan hotel sontak memunculkan dugaan negatif di tengah masyarakat. “Wajar kalau orang curiga. Namanya juga mobil ambulan, tapi dipakai masuk ke hotel tanpa ada keperluan medis yang jelas. Masyarakat bertanya-tanya, ini ada apa sebenarnya,” tambahnya.
Ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Kepala Desa Pejangkungan, H. Gofur, tidak membantah bahwa kendaraan tersebut merupakan ambulan milik desa. “Itu memang ambulan desa. Nanti saya tanyakan kepada yang bersangkutan (sopirnya),” jawabnya singkat.
Sementara itu, Muhlis, sopir ambulan saat dihubungi melalui sambungan tlpn via wahtsapp mengaku, bahwa dirinya sedang merasa lelah usai mengantar pasien ke RSUD Bangil dan memutuskan untuk beristirahat di hotel bersama seorang teman wanitanya. “Betul saya bersama seorang perempuan, dia teman saya. Kami ke hotel untuk istirahat karena lelah,” ujarnya.
Namun, alasan tersebut menimbulkan keraguan dari warga. Mereka menilai keputusan sopir tersebut tidak masuk akal, mengingat lokasi RSUD Bangil lebih dekat ke Kecamatan Rembang dibanding Hotel Adam. “Kalau bilangnya capek, kenapa malah ke hotel yang jaraknya lebih jauh? Itu jelas aneh,” kata salah satu warga.
Menanggapi kejadian tersebut, Sugito, yang juga dari LSM GP3H menyatakan keprihatinannya atas perilaku sopir ambulan tersebut. Ia menegaskan bahwa tindakan itu tidak hanya mencederai etika, tetapi juga melecehkan fungsi utama mobil ambulan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat.
“Sangat disayangkan, mobil ambulan desa digunakan untuk kepentingan pribadi dengan cara yang tidak pantas. Apalagi diketahui kendaraan itu digunakan untuk check-in ke hotel bersama seorang perempuan. Ini bukan hanya soal penyalahgunaan kendaraan, tetapi juga soal moral dan tanggung jawab sebagai pelayan masyarakat,” tegasnya.
Gito juga mendesak, pihak Kepala Desa Pejangkungan dan Camat Rembang untuk segera mengambil langkah tegas. “Perlu ada pembinaan dan sanksi terhadap sopir yang bersangkutan. Ini bukan perkara sepele, karena menyangkut kepercayaan publik terhadap pengelolaan aset desa,” lanjutnya.
Hingga saat ini, masyarakat masih menunggu klarifikasi dan tindakan tegas dari pihak desa dan instansi terkait untuk menghindari berkembangnya asumsi negatif yang bisa merusak citra pemerintahan desa.
(ml/yan/to)
Tinggalkan Balasan