PASURUAN, Kliknews.co.id – Ratusan warga memadati Terminal Pandaan, Kelurahan Petungsari, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan. Masyarakat antusias menyaksikan pagelaran wayang kulit yang dikemas sebagai media penyebaran informasi publik dan penguatan nilai-nilai budaya bangsa. Sabtu (11/10/25?) malam
Kegiatan ini mengusung tema “Upaya Penyebaran Informasi Pelayanan kepada Masyarakat Melalui Pagelaran Seni dan Budaya dalam Rangka Menjaga Ketahanan Budaya dan Persatuan Bangsa di Kecamatan Pandaan.”

Hadir dalam acara tersebut Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Pasuruan Andri Wahyudi, jajaran Forkopimcam Pandaan, serta sejumlah organisasi masyarakat dan NGO. Pagelaran menampilkan dalang Ki Arga Putra Nugraha dengan lakon “Semar Bangun Kayangan.”
Kisah yang diangkat menonjolkan sosok Semar sebagai simbol kebijaksanaan dan pengabdian tanpa pamrih. Melalui tokoh tersebut, tersampaikan pesan moral tentang pentingnya keikhlasan dan dedikasi dalam membangun tatanan kehidupan yang adil dan berkeadaban.
Sebelum pagelaran dimulai, Andri Wahyudi secara simbolis menyerahkan wayang Semar kepada dalang sebagai tanda pembukaan acara. Ia menegaskan pentingnya pelestarian seni tradisi sebagai sarana komunikasi yang efektif dengan masyarakat.
Ketua Panitia, Anjar Supriyanto, menegaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya bersifat hiburan. “Pagelaran malam ini bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan. Kisah Semar Bangun Kayangan mengajarkan kita tentang kebijaksanaan, pengabdian, dan keikhlasan dalam menghadapi kehidupan,” ujarnya.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua LSM GP3H itu menambahkan, semangat Semar harus menjadi inspirasi nyata di tengah tantangan zaman modern.
“Kami berharap rekan-rekan LSM dan NGO mampu menangkap spirit Semar sebagai simbol perjuangan untuk membangun keadilan, kemanusiaan, dan kesejahteraan bagi masyarakat luas,” katanya.
Sementara itu, Camat Pandaan, Timbul Wijoyo, turut memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Ia menegaskan pentingnya melestarikan kesenian daerah agar generasi muda tidak tercerabut dari akar budayanya.
“Pagelaran seperti ini adalah warisan leluhur yang wajib kita jaga demi masa depan anak cucu kita,” tandasnya.
(mal/zaq)
Tinggalkan Balasan