MALANG, KLIKNEWS.CO.ID – Universitas Brawijaya (UB) kembali menjadi saksi ledakan amarah publik. Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Resah Brawijaya (AMARAH BRAWIJAYA) menggebrak dengan pernyataan sikap keras terhadap negara yang terus-menerus memelihara impunitas dan menutup mata atas kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia. Rabu (27/08)
Koordinator Lapangan aksi, Candra Pramana, menegaskan bahwa UB bukan sekedar kampus, melainkan simbol perlawanan yang pernah melahirkan pejuang HAM, Munir Said Thalib.
“Ini kampus Munir! Kami mendesak Jaksa Agung segera menyelesaikan kasus Munir dan pelanggaran HAM berat lainnya. Jangan jadikan negeri ini kuburan keadilan!” teriaknya lantang.
Massa menuding Jaksa Agung ST Burhanuddin sebagai aktor yang terus mengukuhkan praktik impunitas, terutama lewat pernyataannya yang secara sewenang-wenang menyatakan bahwa Tragedi Semanggi I & II bukan pelanggaran HAM berat. Pernyataan itu dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap korban dan keluarga korban, serta pelecehan terhadap perjuangan keadilan rakyat.
Tak hanya itu, mahasiswa juga mengecam Komnas HAM yang dianggap mandul dalam penyelidikan kasus Munir, serta Polri yang terus menambah daftar panjang pelanggaran HAM dengan brutalitasnya.
Dalam pernyataannya, AMARAH Brawijaya menuntut tujuh poin tegas:
1. Transparansi Komnas HAM dalam penyelidikan kasus Munir dan penetapannya sebagai pelanggaran HAM berat.
2. Pertanggungjawaban Jaksa Agung atas praktik impunitas dalam kasus Munir, Tragedi Kanjuruhan, dan 13 pelanggaran HAM berat lainnya.
3. Tindak lanjut serius Kejaksaan Agung dalam seluruh kasus HAM berat dengan kebijakan progresif yang menuntut kolaborasi nyata bersama Komnas HAM.
4. Desakan agar Jaksa Agung ST Burhanuddin meminta maaf secara terbuka atas pernyataan sewenang-wenang terkait Tragedi Semanggi.
5. Reformasi total Polri sebagai institusi yang sarat brutalitas.
6. Penetapan Tragedi Kanjuruhan sebagai Pelanggaran HAM berat.
7. Ajakan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk ikut mengawal penegakan HAM dengan meneriakkan satu tuntutan bersama Usut Tuntas!
“Negara ini tidak boleh terus menjadi mesin impunitas. Munir adalah martir, Kanjuruhan adalah luka bangsa, dan semua korban adalah alasan perjuangan kita. Jika negara menutup mata, maka rakyatlah yang akan membuka paksa mata sejarah!” tegas Candra.
(ndre/mal)
Tinggalkan Balasan